Bil 14:1-12

Renungan hari ini mungkin terdengar sedikit aneh dan tidak biasa, bagaimanakah kita menyudutkan Tuhan? Saya tidak pernah menyudutkan Tuhan, tentu kita akan berkata demikian.

Sebagai contoh, luar biasa ada dua pihak yang bertikai, dua pihaknya mengatakan pak pendeta dimana Tuhan, kog Tuhan begitu kejam membiarkan ini terjadi. Kedua pihak mengatakan bahwa semuanya tidak akan terjadi sekacau ini jika Tuhan campur tangan. Sebenarnya kebanyakan situasi rumit yang ada di depan kita terjadi karena keputusan kita sendiri. Kita penyebabnya, kitalah yang berbuat, kita yang mengabaikan suara batin kita yang berasal dari Roh Kudus.
Sebagai orang Kristen, kita harus peka dan belajar mendengarkan pimpinan Tuhan.
Pasti Roh Kudus mengingatkan kita, apakah itu di dalam hati kita atau melalui mulut orang lain, kegelisahan, mimpi, simpati yang dalam di hati kita, atau pikiran yang muncul yang berlawanan dengan keinginan daging kita, dsb. Atau, janganlah melakukan sesuatu yang membuat Tuhan tidak punya pilihan lain, kecuali melawan kita sendiri.
Ketidakadilan yang kita lakukan pada orang, baik kepada satu pribadi maupun kepada satu kelompok orang dengan menyudutkan orang yang tak berdaya, tanpa kekuatan untuk melawan kita dan tanpa teman untuk melawan ketidakadilan, mereka hanya menerima ketidakadilan yang kita lakukan dengan ketakutan dan pasrah.
Ketahuilah, untuk orang² lemah seperti itulah Tuhan akan berdiri melawan kita.
Jika kita memperlakukan orang secara tidak adil, maka kita memaksa Tuhan untuk bertindak membela mereka yang kita tindas, dan tanpa kita sadari, kita membuat Tuhan menjadi lawan kita sendiri. Juga, jangan kita berdebat dengan Tuhan sehingga jawaban Tuhan yang semulanya berbunyi “untuk maksud membawa kebaikan bagimu” berubah menjadi “dengan maksud merendahkan hatimu”, lalu saking kesalnya maka Tuhan menutup diskusi hati kita denganNya dengan menunjukkan dosa kita.
Inilah yang kita bisa baca dalam seluruh Alkitab. Ia bisa mulai dengan menghargai martabat kita sekalipun kita berdosa, Ia tidak mau mematahkan semangat kita. Tetapi kalau perlu terus terang maka Ia akan langsung memperlihatkan bahwa kita sebenarnya tidak layak menerima perlakuan yang sabar dariNya.

Kita bisa melihat proses ini ketika orang Israel dalam perjalanan di padang gurun, sampai² Musa ter-kaget² ketika Tuhan hendak membinasakan mereka.
Tuhan menyayangi kita, Ia punya maksud yang baik bagi kita, rencanaNya adalah damai sejahtera buat kita sekalian. Tetapi tidak cukup sampai di situ saja, kita pun harus terus belajar taat kepadaNya dan memberikan respons yang positif atas rancanganNya.
Memang untuk percaya kepada adanya Tuhan dan tuntunan Tuhan di zaman yang serba canggih ini menjadi semakin sulit dan menantang. Tetapi kita tidak bisa menjadi orang Kristen tanpa harus percaya lagi Tuhan itu ada atau tidak, menuntun kita atau tidak.
Hati yang tidak percaya kepada Tuhan sepenuhnya akan melahirkan tindakan² yang menyudutkan Tuhan.*Sadarlah, hanya percaya dan berserah diri yang membuat hati kita tenang dan merasakan damai sejahtera.*Tuhan Yesus memberkati kita, jaga kesehatan, pakai masker jika harus keluar rumah. Pdt. Obet Ginting dan keluarga.