Pada Senin, 8 April 2024, Desa Buluh Awar menjadi saksi dari sebuah peristiwa yang menggetarkan hati: Jalan Santai Buluhawar, sebuah kegiatan yang menghubungkan jejak-jejak sejarah gereja dengan semangat kebersamaan jemaat GBKP KM.8. Diprakarsai oleh Badan Pengurus Masjelis Runggun GBKP KM.8, kegiatan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Hari Paskah, setelah sebelumnya dilakukan kegiatan jalan salib dan mancing santai.
Sebanyak 435 jemaat GBKP KM.8, yang tergabung dalam 25 Terpuk, berpartisipasi dalam jalan santai sejauh 2-3 km, dimulai dari desa Kinagkung menuju Gereja Pertama GBKP Buluh Awar. Antusiasme yang luar biasa terpancar dari setiap peserta, dari anak muda hingga lansia. Sesampainya para peserta di titik akhir perjalanan, mereka berkumpul di Bangunan gedung KA/ KR dari bambu, Khotbah disampaikan oleh Pdt. Arapen Peranginangin, yang mengisahkan sejarah berdirinya gereja pertama dan peran misionaris dalam menyebarkan Firman Tuhan.
Kemudian acara dilanjutkan dengan makan bersama, di mana makanan disediakan oleh panitia dan warga setempat serta pengelola museum gereja GBKP mula-mula. Hiburan menyusul, dengan permainan tangkap jabat tangan yang dibagi menjadi dua tim: Mamre dan Moria, membawa tawa dan keceriaan di antara jemaat.
Tidak ketinggalan, Tari Karo menjadi puncak dari kegiatan tersebut. Melalui tarian ini, kekompakan dan keindahan seni budaya Karo tersaji dengan megahnya. Ketua Runggun, Dk. Drs. Sulaiman Purba, MAP, menyampaikan apresiasi atas semangat yang ditunjukkan oleh jemaat GBKP KM.8. “Walaupun hanya berjarak 2-3 km, medan yang mendaki membuat perjalanan tidak mudah. Namun, banyak juga lansia dan anak-anak yang sampai dengan penuh semangat,” katanya. Pdt. Arapen Peranginangin M.Th. menambahkan, “Gereja GBKP berdiri pertama kali pada 24 Desember 1899 oleh Pdt. H.C. Kruyt dan Nicolas Pontoh, dua tokoh misionaris yang memberikan kontribusi besar dalam penginjilan di Tanah Karo. Hari ini, melalui Jalan Santai Buluhawar, kita dapat merasakan bagaimana perjalanan misionaris itu membangun dan menguatkan gereja kita.” Dengan kegiatan ini, jejak sejarah gereja tidak hanya diingat, tetapi juga dirayakan dengan semangat yang membara.
Buka Album Lengkap