Dalam nyanyian ziarah ini Daud menulis: ”TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!”

Nyanyian ziarah ini cukup pendek. Cuma tiga ayat. Namun, Daud memperlihatkan hal yang penting dari iman. Pertama, iman itu—menggunakan frasa, Paulus mengungkapkan imannya dengan frasa ini-“tidak memegahkan diri”. Bagaimana mungkin kita memegahkan diri di hadapan Allah kalau semua memang hanya anugerah? Bangga boleh, namun tidak perlu sombong.

Dan karena itulah, kedua, iman itu sederhana. Daud tidak mencoba untuk mengejar hal-hal yang terlalu besar atau yang terlalu sulit. Kadang memang di sini persoalannya, hal beriman sering dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa adikodrati. Semakin hebat mengalami sebuah peristiwa, dianggap makin beriman.

Daud mencoba menjelaskannya dengan kehidupan seorang bayi. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sesungguhnya, hatiku tenang dan tentram; seperti bayi yang habis menyusu, berbaring tenang di pangkuan ibunya, setenang itulah hatiku.” Bayi begitu tenang karena dia percaya bahwa ibunya akan mencukupi kebutuhannya.

Ketenangan macam beginilah yang diperlukan setiap Kristen. Dan ketenangan macam begini jugalah yang membuat kita mampu berseru seperti Daud, ”Berharaplah kepada Allah dari sekarang sampai selama-lamanya.” Semangat pagi, rasakan kasih sayang Tuhan, kerjakan bagian kita, selebihnya biarkan Tuhan melakukan bagianNya. Jaga kesehatan, rajin cuci tangan, kalau keluar pakai masker, jaga jarak, waspada dalam adaptasi kebiasaan baru, Tuhan Yesus memberkati.

Pdt Obet Ginting dan keluarga.🥰🥰🥰🙏🙏🙏